Pengertian Inflasi : Para Ahli, Jenis, dan Cara Mencegah

Pengertian Inflasi – Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Ini berarti bahwa harga-harga secara keseluruhan naik, bukan hanya satu atau dua barang.

Contents

Pengertian Inflasi

Inflasi adalah fenomena kenaikan harga-harga umum berbagai barang secara terus-menerus, meskipun tidak semua barang mengalami kenaikan persis pada tingkat yang sama. Penting untuk dicatat bahwa inflasi tidak selalu terjadi secara serempak pada semua barang. Yang paling signifikan adalah adanya peningkatan harga umum barang secara berkelanjutan selama periode waktu tertentu. Sebuah kenaikan harga yang hanya terjadi sekali saja, meskipun dalam jumlah persentase yang besar, tidak dapat disebut sebagai inflasi.

Pengukuran kenaikan harga ini dilakukan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang umum digunakan untuk mengukur tingkat inflasi antara lain:

  • Indeks Biaya Hidup (Consumer Price Index): Indeks ini mengukur biaya atau pengeluaran yang diperlukan untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibutuhkan oleh rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari.
  • Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index): Indeks ini menitikberatkan pada sejumlah barang yang diperdagangkan secara besar-besaran.
  • GNP Deflator: GNP deflator adalah jenis indeks lainnya yang berbeda dalam cakupan barangnya. Indeks ini mencakup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam perhitungan GNP (Gross National Product), sehingga mencakup lebih banyak barang dibandingkan dengan dua indeks sebelumnya. GNP deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal (berdasarkan harga berlaku) dengan GNP riil (berdasarkan harga konstan).

Pengertian Inflasi Menurut Para Ahli

Inflasi, menurut berbagai ahli, memiliki beragam pengertian yang mencerminkan kompleksitas fenomena ekonomi ini:

  • A. P. Lahnerinflasi menyatakan bahwa inflasi adalah keadaan di mana terjadi kelebihan permintaan terhadap barang-barang secara menyeluruh dalam suatu perekonomian.
  • Dwi Eko Waluyo menggambarkan inflasi sebagai salah satu bentuk penyakit ekonomi yang umum terjadi di banyak negara, ditandai dengan kecenderungan kenaikan harga secara terus-menerus.
  • Marcus mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan nilai rata-rata harga barang dan jasa secara berkelanjutan.
  • Mc. Eachern menjelaskan inflasi sebagai kenaikan terus-menerus dalam tingkat harga rata-rata, bukan fluktuasi harga yang sifatnya temporal.
  • Nanga mengatakan bahwa inflasi terjadi ketika tingkat harga secara umum mengalami kenaikan terus-menerus, namun kenaikan harga sekali waktu tidak dapat disebut sebagai inflasi.
  • Nopirin menggambarkan inflasi sebagai proses kenaikan harga barang secara terus-menerus, terutama pada barang-barang primer kebutuhan sehari-hari.
  • Menurut Nordhaus dan Samuelson, inflasi adalah keadaan di mana harga-harga umum mengalami kenaikan.
  • Rahardja melihat inflasi sebagai kecenderungan harga untuk meningkat secara terus-menerus, terutama pada mayoritas barang.
  • Rimsky K. Judisseno menyatakan bahwa inflasi adalah kejadian di mana moneter menunjukkan kecenderungan kenaikan harga barang-barang secara umum, seringkali disertai dengan penurunan nilai mata uang.
  • S. Sukirno mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan harga umum yang mempengaruhi perekonomian.
  • Weston dan Sopeland menggambarkan inflasi sebagai keadaan di mana tingkat harga mengalami kenaikan yang signifikan dan sulit untuk dikendalikan.
  • Winardi melihat inflasi sebagai periode di mana daya beli uang menurun relatif terhadap jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.
  • Gerald J. Thuesen dan W. J. Fabrycky mengartikan inflasi sebagai perubahan dalam tingkat harga di dalam perekonomian, yang dialami oleh semua negara pada suatu waktu tertentu.

Jenis Inflasi Menurut Sifatnya

Laju inflasi dapat bervariasi di antara negara-negara atau bahkan di dalam satu negara pada periode waktu yang berbeda. Berdasarkan tingkat laju inflasinya, inflasi dapat dibagi menjadi tiga kategori utama:

  • Merayap (creeping inflation):
    Inflasi jenis ini ditandai oleh laju inflasi yang rendah, biasanya kurang dari 10% per tahun. Kenaikan harga terjadi secara perlahan, dengan persentase yang kecil dan dalam rentang waktu yang relatif panjang.
  • Inflasi menengah (galloping inflation):
    Inflasi galloping ditandai oleh kenaikan harga yang cukup besar dalam waktu yang relatif singkat, seringkali dengan percepatan yang signifikan (mungkin dalam hitungan mingguan atau bulanan). Dampaknya terhadap perekonomian lebih besar daripada inflasi merayap.
  • Inflasi tinggi (hyperinflation):
    Merupakan jenis inflasi yang paling parah, di mana harga-harga naik secara drastis, bahkan mencapai peningkatan hingga 5 atau 6 kali lipat. Masyarakat cenderung enggan menyimpan uang karena nilai uangnya turun secara tajam, sehingga mereka cenderung menukarkannya dengan barang secepat mungkin, yang mempercepat perputaran uang dan kenaikan harga secara akseleratif. Biasanya, kondisi ini muncul ketika pemerintah mengalami defisit anggaran yang diatasi dengan pencetakan uang.

Jenis Inflasi Menurut Sebabnya

Laju Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain atau dalam satu negara dalam waktu yang berbeda.

Demand-pull inflation adalah jenis inflasi yang dimulai dari peningkatan total permintaan (aggregate demand), sementara produksi telah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh atau mendekati kesempatan kerja penuh. Ketika hampir mencapai kesempatan kerja penuh, peningkatan permintaan total tidak hanya meningkatkan harga tetapi juga dapat meningkatkan output produksi.

Di sisi lain, cost-push inflation berbeda dengan demand-pull inflation karena biasanya ditandai oleh peningkatan harga dan penurunan produksi, sering kali terjadi bersamaan dengan resesi. Keadaan ini biasanya dimulai dengan penurunan total penawaran (aggregate supply) karena kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

  1. Perjuangan serikat buruh yang berhasil memperoleh kenaikan upah.
  2. Situasi monopoli di industri tertentu, di mana manajer memiliki kekuasaan pasar untuk menetapkan harga yang lebih tinggi.
  3. Kenaikan harga bahan baku industri.

Cara Mencegah Inflasi

Dengan menggunakan Irving Fisher MV = PT, kita dapat menjelaskan bahwa inflasi terjadi ketika MV naik lebih cepat daripada T. Oleh karena itu, untuk mencegah inflasi, salah satu dari variabel M atau V harus dikendalikan. Pengaturan variabel M, V, dan T dapat dilakukan melalui kebijakan moneter, fiskal, atau kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan produksi.

  • Kebijakan Moneter:
    Kebijakan moneter bertujuan untuk mengatur jumlah uang beredar (M). Salah satu komponen dari jumlah uang adalah uang giral (demand deposit). Uang giral dapat tercipta ketika seseorang melakukan setoran tunai ke bank dalam bentuk giro, atau ketika seseorang mendapatkan pinjaman dari bank dalam bentuk giro.
  • Instrumen lain yang dapat digunakan untuk mencegah inflasi adalah kebijakan pasar terbuka, di mana bank sentral menjual surat berharga untuk menekan pertumbuhan jumlah uang beredar dan mengurangi laju inflasi.
  • Kebijakan Fiskal:
    Kebijakan fiskal melibatkan pengaturan pengeluaran pemerintah dan sistem perpajakan yang dapat langsung memengaruhi permintaan total dan, akibatnya, harga. Inflasi dapat dicegah dengan mengurangi permintaan total melalui penurunan pengeluaran pemerintah dan peningkatan pajak.
  • Kebijakan yang Berkaitan dengan Output:
    Peningkatan output dapat mengurangi laju inflasi. Misalnya, penurunan bea masuk dapat meningkatkan impor barang, yang pada gilirannya meningkatkan jumlah barang di dalam negeri dan cenderung menurunkan harga.
  • Kebijakan Penentuan Harga dan Indeks:
    Kebijakan ini melibatkan penetapan harga maksimum (ceiling price) berdasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji atau upah, sehingga gaji atau upah dalam nilai riil tetap stabil. Jika indeks harga naik, maka gaji atau upah juga dinaikkan sesuai dengan indeks tersebut.