Pengertian Tawakal : Keutamaan, Manfaat, & Hikmah

Pengertian Tawakal : Keutamaan, Manfaat, & Hikmah – Tawakal merupakan tahapan ketika seorang hamba telah melalui fase ikhtiar.

Contents

Pengertian Tawakal

Dalam pengertian yang sederhana, tawakal berarti “mewakilkan”, sedangkan secara lebih luas, tawakal berarti menyerahkan segala permasalahan kepada Allah SWT. Dengan sepenuh hati dan berpegang teguh kepada-Nya serta tetap berusaha semaksimal mungkin, sehingga tidak merasa sedih dan kecewa terhadap apa pun keputusan yang diberikan-Nya.

Rasulullah menganjurkan untuk senantiasa bertawakal kepada Allah. Dengan bertawakal kepada Allah, setiap perbuatan akan diridai-Nya. Bahkan, Allah akan memberikan rezeki kepada orang yang bertawakal.

Perilaku tawakal yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. kepada para sahabatnya benar-benar menjadi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan beliau menerapkan perilaku tawakal ini karena ia sendiri melakukan hal yang sama. Dalam kehidupannya, Rasulullah SAW. selalu berserah diri kepada Allah, ia tidak pernah gelisah dan resah dalam menghadapi berbagai persoalan.

Tawakal adalah tahapan ketika seorang hamba telah melalui fase ikhtiar. Sebuah fase yang menuntut untuk berusaha dan bekerja dengan bersungguh-sungguh dan sempurna. Baru setelah itu, menyerahkan hasil dan buah amal kerja hanya kepada Allah Azza wa Jalla, Dzat yang menjadi wakil atas segala urusan dan keperluan. Seorang hamba yang memahami makna tawakal akan meyakini bahwa tidak ada yang sia-sia atas segala amal yang telah dilakukan, meskipun cita-cita dan harapan dari amal kerjanya belum tercapai sempurna. Sebab dalam pemahaman mereka, beramal sebaik-baiknya adalah kewajiban sebagai hamba, sedangkan urusan hasil adalah hak sepenuhnya dari Yang Mahakuasa.

Pengertian Tawakal Menurut Para Ahli

Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, “Tawakkal adalah menyandarkan kepada Allah SWT tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.”

Menurut Abu Zakaria Ansari, tawakkal adalah “keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada orang lain”. Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang diserahi urusan tadi. Artinya, ia benar-benar mempunyai sifat amanah (tepercaya) terhadap apa yang diamanatkan, dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut.

Tawakkal adalah sikap mental yang merupakan hasil dari keyakinan bulat pada Tuhan, seperti dalam monoteisme yang mengajarkan bahwa hanya Tuhan yang menciptakan segala sesuatu, Maha Mengetahui, Dia yang mengontrol dan mengatur alam semesta ini. Keyakinan ini mendorong seseorang untuk menyerahkan semua hal kepada Tuhan. Hatinya menjadi tenang dan tenteram, tanpa kecurigaan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Bijaksana.

Namun, ada kesalahpahaman di kalangan orang-orang tentang tawakkal. Mereka enggan untuk mencoba dan bekerja, mengandalkan “tunggu saja”. Ada yang berpikir bahwa tidak perlu belajar, jika Allah menghendaki, pasti akan menjadi pintar. Atau tidak perlu bekerja, jika Tuhan menghendaki, pasti akan menjadi kaya, dan sebagainya.

Pendekatan semacam ini sebanding dengan perilaku seorang pria yang lapar, meskipun ada berbagai makanan di depannya, namun ia berpikir bahwa jika Allah menghendaki, pasti sudah kenyang. Pendekatan ini hanya akan menyebabkan penderitaan bagi diri kita sendiri.

Keutamaan Orang yang Tawakal

  • Dapat membuktikan keimanan yang benar. Orang yang bertawakal kepada Allah swt merupakan orang yang dapat membuktikan keimanannya, karena salah satu ciri orang beriman adalah bertawakal kepada Allah swt.
  • Memperoleh jaminan rezeki. Rasulullah saw bersabda, “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, kalian pasti diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki, ia pergi pada pagi hari dalam keadaan perut kosong, kemudian pulang pada sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi)
  • Memperoleh kecukupan dari apa yang dibutuhkan. Orang yang bertawakal kepada Allah akan dicukupkan apa yang menjadi keperluannya dalam hidup. Allah swt berfirman, “Barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Ath-Thalaaq: 3)
  • Tidak dikuasai setan. Orang yang bertawakal tidak bisa digoda apalagi dikuasai oleh setan. Sebab, bagaimana mungkin setan dapat menggoda orang-orang yang begitu dekat dan terikat kepada Allah swt sebagaimana dalam firmanNya, “Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan.” (An-Nahl: 99)
  • Menghargai usaha yang dilakukan. Saat seseorang berusaha lalu tidak mencapai hasil yang diharapkannya, orang yang bertawakal akan menerima apa yang sudah diperolehnya dan mensyukurinya. Namun, bila belum memuaskan seperti yang diharapkan, maka dia akan berusaha lagi dengan usaha yang lebih maksimal. Dengan demikian, dia juga akan menghargai pekerjaan orang lain karena telah memahami arti usaha dan tawakal.

Doa dan Ayat Terhadap Tawakal

Tawakal dalam berbagai konteks dijelaskan dalam Al-Qur’an:

QS. Asy-Syura: 10

“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya (terserah) kepada Allah. (yang mempunyai sifat-sifat demikian) Itulah Allah Tuhanku. kepada-Nya lah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali.”

QS. Al-Anfal: 61

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

QS. At-Taubah: 128-129

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung.”

QS. Yunus: 71-72

“Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu Dia berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, Maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekumu (untuk membinasakanku). kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku Termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya).”

QS. Ar-Ra’d: 3

“Demikianlah, Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al Quran) yang Kami wahyukan kepadamu, Padahal mereka kafir kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Katakanlah: “Dia-lah Tuhanku tidak ada Tuhan selain dia; hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat.”

Pengertian Tawakal

Manfaat Tawakal

Dalam tradisi Islam, tawakal dianggap sebagai tanda yang jelas dari iman, takwa, dan penyerahan mutlak kepada Allah. Hanya orang-orang yang memiliki hubungan yang erat dengan Allah yang dapat selalu mempercayai-Nya, dalam segala situasi kehidupan mereka.

Mereka yang bertawakal kepada Allah memiliki jaminan kesuksesan, baik di dunia maupun di akhirat, tanpa memperdulikan kesulitan atau kekuatan musuh yang mereka hadapi.

Imam Ali (a.s) pernah mengatakan: “Tawakal pada Allah adalah sumber pertolongan dari setiap kejahatan dan perlindungan dari setiap musuh.” [Al-Majlisi, Bihar al-Anwar, vol. 56, hal. 79].

Hikmah Tawakal

Orang yang bertawakal kepada Allah SWT akan selalu mempertimbangkan dan merencanakan setiap pekerjaannya dengan mengandalkan kehendak Allah SWT. Oleh karena itu, orang yang bertawakal akan memperoleh banyak hikmah, di antaranya:

  • Setiap urusan akan terencana dengan baik dan matang.
  • Mendapatkan ketenangan hati.
  • Bersikap optimis.
  • Menyadari keagungan Allah dan keterbatasan usaha manusia.