Penyakit Polio – Latar Belakang, Gejala, Jenis, Pencegahan

Penyakit Polio – Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini bisa menyerang semua kelompok usia, tetapi yang paling rentan adalah anak-anak berusia kurang dari 3 tahun.

Contents

Latar Belakang Penyakit Polio

Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini bisa menyerang semua kelompok usia, tetapi yang paling rentan adalah anak-anak berusia kurang dari 3 tahun. Gejala polio meliputi demam, kelemahan, sakit kepala, muntah, kesulitan buang air besar, nyeri pada kaki, tangan, dan kadang disertai diare.

Virus polio menyerang dan merusak jaringan saraf, yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Penyakit polio pertama kali tercatat di Eropa pada abad ke-18, dan kemudian menyebar ke Amerika Serikat beberapa tahun kemudian. Penyakit ini juga menyebar ke negara-negara maju di belahan bumi utara yang memiliki iklim hangat.

Kasus penyakit polio terus meningkat, dan rata-rata orang yang terkena penyakit ini meninggal dunia, sehingga jumlah kematian akibat polio meningkat. Penyebaran penyakit polio mencapai tingkat yang luas di Amerika Serikat pada tahun 1952, dengan sekitar 20.000 orang terinfeksi (Miller, N.Z., 2004).

Pengertian Penyekit Polio

Polio adalah penyakit menular yang diklasifikasikan sebagai penyakit peradaban. Penularan polio terjadi melalui kontak langsung antara manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut saat seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh feses.

Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri dari tiga strain yang berbeda dan sangat menular. Virus ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan dalam waktu singkat. Polio dapat menyerang tanpa memandang usia, dengan lima puluh persen kasus terjadi pada anak-anak usia 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari timbulnya gejala pertama berkisar antara 3 hingga 35 hari.

Polio juga dikenal dengan sebutan Poliomieltis. Virus polio termasuk dalam genus enterovirus dari famili Picornavirus. Virus ini memiliki daya tahan terhadap pengaruh fisik dan bahan kimia serta dapat bertahan hidup dalam tinja penderita selama 90-100 hari. Selain itu, virus ini juga dapat bertahan lama dalam air limbah dan air permukaan, bahkan dapat menyebar hingga jarak yang cukup jauh dari sumber penularan.

Penyebaran polio terutama terjadi melalui kontaminasi tinja, terutama di daerah dengan sanitasi lingkungan yang buruk. Penularan juga dapat terjadi melalui rute fekal-oral, di mana makanan atau minuman yang terkontaminasi virus polio dari tinja penderita masuk ke dalam mulut orang sehat lainnya. Selain itu, penularan juga dapat terjadi melalui kontak oral-oral, di mana air liur penderita yang mengandung virus polio masuk ke dalam mulut orang sehat lainnya.

Ciri khas penderita polio adalah kerusakan pada saraf, dimana virus mengalami masa inkubasi selama 5-35 hari di dalam tubuh sebelum berkembang. Virus pertama kali berkembang di dinding faring atau saluran pencernaan bagian bawah sebelum menyebar ke jaringan getah bening lokal atau regional. Akhirnya, virus menyebar melalui aliran darah ke jaringan saraf di tubuh.

Poliomielitis cenderung merusak sel saraf motorik di medulla spinalis dan batang otak. Kerusakan saraf ini sering kali menyebabkan asimetri dalam pertumbuhan tubuh penderita, yang dapat menyebabkan gangguan bentuk tubuh yang menetap dan bahkan bertambah parah seiring berjalannya waktu.

Gejala Polio

Tanda dan gejala polio bervariasi tergantung pada tingkat infeksi. Mereka dapat dibedakan menjadi polio paralitik dan non-paralitik.

Pada polio non-paralitik, yang dialami oleh sebagian besar individu yang terinfeksi, pasien seringkali tidak menunjukkan gejala atau hanya mengalami gejala flu ringan, seperti kelelahan, malaise, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan muntah. Gejala tersebut biasanya hanya berlangsung selama 48-72 jam, meskipun bisa bertahan satu hingga dua minggu.

Polio paralitik, yang terjadi sekitar 2% dari mereka yang terinfeksi, merupakan kondisi yang lebih serius. Gejala timbul akibat infeksi dan peradangan sumsum tulang belakang.

Gejala dapat mencakup:

  • Sensasi yang tidak normal,
  • Kesulitan bernapas,
  • Kesulitan menelan,
  • Retensi urin,
  • Sembelit,
  • Air liur yang berlebihan (hipersalivasi),
  • Sakit kepala,
  • Perubahan suasana hati,
  • Nyeri dan kejang otot, serta
  • Kelumpuhan.

Sebanyak 5%-10% dari pasien yang mengalami polio paralitik sering kali meninggal karena kegagalan pernapasan, karena mereka tidak dapat bernapas secara mandiri. Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk menerima evaluasi dan perawatan medis yang tepat. Sebelum vaksinasi dan penggunaan ventilator modern, pasien sering kali ditempatkan dalam “iron lung” (ventilator bertekanan negatif) untuk membantu pernapasan mereka.

Jenis-Jenis Polio

Jenis-jenis polio antara lain:

Polio Non-Paralisis

Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, kelesuan, dan sensitivitas. Kram otot dapat terjadi pada leher dan punggung, dan otot terasa lembek jika disentuh.

Polio Paralisis Spinal

Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, merusak sel tanduk anterior yang mengendalikan pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus akan diserap oleh pembuluh darah pada dinding usus dan menyebar ke seluruh tubuh.

Polio Bulbar

Polio jenis ini disebabkan oleh kurangnya kekebalan alami sehingga batang otak terkena dampaknya. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengendalikan pergerakan bola mata, pipi, kelenjar air mata, gusi, otot wajah, pendengaran, menelan, pergerakan lidah, serta berbagai fungsi di kerongkongan, jantung, usus, paru-paru, dan leher.

Cara Penularan Polio

Mekanisme penyebaran virus polio terjadi melalui infeksi droplet dari oral-faring (mulut dan tenggorokan) atau tinja penderita. Penularan utamanya terjadi melalui fekal-oral (dari tinja ke mulut) atau jarang melalui oral-oral (dari mulut ke mulut) antar manusia. Penularan fekal-oral terjadi ketika makanan atau minuman yang terkontaminasi virus polio dari tinja penderita masuk ke mulut orang sehat.

Sedangkan oral-oral adalah penularan melalui air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat. Virus polio tahan terhadap alkohol dan lisol, tetapi rentan terhadap formaldehid dan larutan klor. Suhu tinggi dapat cepat membunuh virus, tetapi dalam kondisi beku, virus dapat bertahan bertahun-tahun.

Ketahanan virus di tanah dan air sangat dipengaruhi oleh kelembapan, suhu, dan mikroorganisme lainnya. Virus polio dapat bertahan lama di air limbah dan air permukaan, bahkan hingga berkilometer-kilometer dari sumber penularan. Meskipun penularan utamanya terjadi melalui lingkungan yang terkontaminasi oleh virus polio dari penderita, virus ini dapat bertahan hidup dalam lingkungan tertentu. Hingga saat ini, manusia merupakan inang atau makhluk hidup perantara yang terbukti menularkan virus polio.

Penyakit Polio

Pencegahan Polio

Penyakit Polio merupakan penyakit paralisis atau kelumpuhan yang disebabkan oleh virus. Gejalanya umumnya meliputi demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan pada leher, serta nyeri pada kaki dan tangan. Virus polio menular melalui beberapa cara, yaitu:

  • Melalui mulut, terutama ketika terkena percikan air liur yang mengandung virus.
  • Melalui air minum atau air yang terkontaminasi oleh virus polio.
  • Melalui makanan yang telah terkontaminasi oleh tinja dari individu yang terinfeksi polio.

Infeksi virus ini dapat menyebabkan kelumpuhan, terutama pada kaki. Sekitar 5-10% dari individu yang mengalami kelumpuhan akibat polio dapat meninggal dunia, terutama karena kelumpuhan pada otot pernapasan. Polio tidak memiliki obat yang dapat menyembuhkan secara langsung, namun dapat dicegah melalui imunisasi. Imunisasi dilakukan dengan pemberian vaksin polio oral (OPV) yang aman dan efektif, yang diberikan secara berulang dan dapat melindungi individu sepanjang hidup.